Cerita Nyata : Kasih Sayang Ibu Yang Tulus
Kali
ini saya akan mengutip sebuah cerita nyata yang saya, mungkin cerita
ini sudah banyak yang menulisnya di blog blog. tapi saya merasa tertarik
untuk menulisnya lagi selain itu juga bisa membuat kita semua kembali
mengingatnya. dan saya rasa lebih banyak yang mengetahuinya lebih baik.
Sebelumnya saya juga pernah menceritakan tentang Kisah nyata "Jangan Pergi Ibu".
-Awal dari sebuah cerita
kejadian dalam cerita ini terjadi di sebuah kota kecil di taiwan, dan sempat di muat di berbagai media.
Ada
seorang pemuda yang hidup hanya bersama ibunya ( nama tidak
disebutkan). Dia pemuda yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu
pendapat cewe2 yang mengenalnya. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah
dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi manager.Gaji-nya pun lumayan.
Tempat
tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris
dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman-teman kantor
senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan wanita-wanita single.
Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian
khusus padanya.
Dirumahnya
ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali.Sebagian kepalanya
botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering.
Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan belakang.Tergerai
seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita
tua ini betul2 terlihat menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang
keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini
tidak lain adalah Ibu kandung dari wanita tersebut.
Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan rutin layaknya
ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur,
cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan
perhatian yang besar kepada anak satu2-nya tersebut. Namun pemuda
tersebut adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi
Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk
mengakuinya.
Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, pemuda tersebut selalu menjawab "wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.".
Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja Ibunya
sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam
hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit
untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan
sang Ibu kian parah.
Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang.
pemuda tersebut mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci
pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di
kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang
Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari
pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat pemuda tersebut
menjadi BT (bad temper) dan uring-uringan dirumah.
-Datangnya hidayah kepada pemuda tersebut
Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari Ibunya, pemuda
tersebut melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan
potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan pemuda
tersebut.
Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran
usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah
menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat
anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah
menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka
bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka
sedikitpun.
Walau sudah usang, pemuda tersebut sudah cukup dewasa untuk mengetahui
siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang
dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandungnya sendiri.
Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata
pemuda tersebut menetes keluar tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam
foto dan koran usang tersebut, pemuda itu langsung bersujud disamping
ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf
dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang Ibu-pun ikut
menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. sambil berkata "Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi".
Setelah sembuh, pemuda tersebut bahkan berani membawa Ibunya belanja
kesupermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, pemuda
tersebut tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli
tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini kedalam media cetak dan
elektronik. (sites.google.com)
Demikian cerita yang dapat saya bagikan, semoga ini menjadi renungan
bagi kita semua, banyak hal yang bisa kita petik dari cerita ini. salah
satunya kasih sayang ibu yang tiada menuntut balas. tiada dendam
meskipun kita menyakitinya, dan tidak ada perbuatan atau apapun yang
bisa membalas kasih sayang seorang ibu. dan "kasih ibu sepanjang masa bagai sang surya menyinari dunia.".
Bagi pembaca yang masih punya Ibu di rumah, branjaklah sekarang.
peluklah erat-erat dan memohon maaf lah sebesar besarnya. biar
bagaimanapun kondisinya, segera meminta ampun. Dan bagi yang ibunya
sudah dipanggil oleh yang maha kuasa tekadkan untuk senantiasa
mendoakanNya, agar damai dan tenang di sisi Allah Swt.
sayangilah Ibu kalian selama ia masih hidup, jika ia sudah tiada maka
satu kerugian besar yang kita rasakan dan tidak akan pernah kita
rasakan lagi nikmatnya yaitu.
"DOA SEORANG IBU"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar